Ada satu pelengkap tidur (selain kasur, bantal, dan guling) yang biasa kita sebut dengan mimpi. Kata orang, mimpi itu indah. Iya, kita boleh mimpi setinggi-tingginya tanpa harus takut jatuh. Kecuali kalo tidur di jalan raya, kita harus takut mimpi setinggi-tingginya. Karena kalo jatuh, bukan hanya sakit, tapi bisa-bisa ditabrak mobil yang sedang lewat.
Bukan. Gue bukan sedang ingin membahas mimpi yang gue alami saat tidur. Apalagi membahas arti dari mimpi-mimpi tersebut. Seperti mimpi melihat seseorang yang pingsan, berarti gue akan cepat bertemu dengan jodoh. Mimpi melihat seseorang yang sedang bergosip, berarti gue akan terseret dalam kasus cinta segitiga. Mimpi melihat seseorang yang masuk ke rumah gue malam-malam, berarti gue harus segera bangun. Ada maling.
Tapi, gue ingin membahas mimpi yang menjadi harapan gue. Mimpi yang harus tercapai. Karena semua orang pasti punya mimpi. Pasti pernah berharap. Pasti ingin mencapainya. Begitu juga dengan gue. Dengan mimpi, gue bisa memperjuangkan sesuatu dalam hidup ini. Gue bisa berandai-andai mendapatkan sesuatu yang gue impikan itu.
Gue punya mimpi, untuk jadi penulis.

Gue lalu berusaha untuk memulainya dari blog. Selain untuk berbagi, blog juga berguna sebagai tempat latihan menulis. Arsip adalah bagian yang gue suka dari blog. Dengan menelusuri arsip, gue bisa melihat perkembangan tulisan gue. Yang awalnya nulis kaY4k gIN1, berubah jadi kayak gini. Yang awalnya nulis tanpa titik koma, sekarang udah berubah menjadi lebih baik. Yang dalam sebulan hanya publish satu postingan, sekarang minimal seminggu sekali publish satu postingan. Perjalanan gue nge-blog dari awal sampai sekarang (sampai akhirnya menerbitkan buku), selengkapnya bisa dibaca di sini.
Siapa sangka, dari sekedar twit gue tahun 2012 itu, gue beneran jadi penulis di Bukune. Walaupun ‘diajak’, tapi gue berhasil mencapainya. Nggak pernah kepikiran sebelumnya oleh gue, ini akan benar-benar jadi kenyataan.
Sebelum menjadi penulis, gue adalah seorang pembaca buku (sampai sekarang pun masih). Dari membaca buku, gue coba untuk berinteraksi dengan para penulisnya. Kadang lewat Twitter, kadang lewat email, kadang sekedar ikutan grup chatting yang mereka buat. Ambil contoh, penulis buku Lontang-Lantung, Roy Saputra. Gue mengenalnya pertama kali dari buku Setahun Berkisah. Saat itu, gue benar-benar kagum dengan cerita yang dia tulis di buku tersebut. Gue sempet mikir, “Kapan gue bisa jadi penulis kayak dia?”
Semua terjadi begitu saja, nggak kepikiran. Sekarang, kita malah saling kenal. Penulis yang gue kagumi ceritanya, yang membuat gue ketagihan untuk membaca tulisan-tulisan lainnya lewat buku maupun blog. Gue sempet ketemu langsung (tunggu, kami normal!), ngobrol, dapat ilmu menulis, sampai mewawancarainya di blog ini.
Ada lagi, Adis. Backpacker gembel yang gue kenal dari blognya yang unik. Gue sempet nanya-nanya tentang blog dan konsultasi tulisan via email. Sekarang, kita malah saling kenal. Sempet ngerjain project bareng dan diskusi tentang blog juga. Terus, Benakribo. Inspirator anak-anak muda sekarang dalam dunia nge-blog. Gue yang awalnya cuman bisa ngeliat tulisan-tulisannya dari blog atau videonya di YouTube, akhirnya bisa ketemu langsung di salah satu acara blogger gathering yang dia buat. Acara dengan nama #NgeblogYuk yang sangat seru. Selain dapat ilmu baru, gue juga dapat teman baru.
Gue, Adis, dan Bena, bahkan sempet talkshow bareng dalam satu ruangan.
Talkshow
Nggak kepikiran. Siapa sangka?
Dari yang awalnya dia-nggak-ngenal-gue, malah akhirnya sempet ketemu langsung, saling sharing ilmu, bahkan talkshow bareng. Menurut gue, ini salah satu pencapaian yang keren dalam hidup gue. Bisa saling kenal dengan orang-orang yang dulu hanya gue lihat karyanya. Yeah, Tuhan selalu mempunyai cara yang nggak terduga untuk mewujudkan mimpi seseorang.
Semua orang bisa mewujudkan mimpinya. Bahkan, mimpi yang dulu dianggap nggak mungkin. Memang, mimpi-mimpi yang ingin dicapai itu nggak mudah untuk diusahakan. Gimana seseorang mau mengusahakan apa yang diimpikannya, itulah yang dinamakan proses. Mimpi akan tetap jadi mimpi kalo kita nggak berusaha mewujudkannya. Seperti tanaman. Nggak akan bertumbuh kalo nggak disiram. Gimana seseorang mau menyiram tanaman itu, itulah yang dinamakan proses.
Nggak pernah disiram, yang ada tanaman itu akan mati. Seperti mimpi. Kalo nggak diwujudkan, lama-kelamaan mimpi itu akan mati. Hanya terkubur dalam hati, dan tetap menjadi mimpi. Ini bukan tentang seberapa besar mimpi yang ingin dicapai, ini tentang seberapa besar usaha yang dilakukan untuk mewujudkan mimpi itu.
Sekarang tinggal memilih,
 
Tetap tidur untuk melanjutkan mimpi, atau bangun untuk mewujudkan mimpi?

Mau dapet email setiap ada postingan baru?


This Post Has 64 Comments

  1. Fandy

    Kenapa bukan tulisan kek gini vin yang lo masukin di buku lo. Gue lebih suka tulisan lo yang kek gini. Tapi, buku lo menurut gue, tetep keren kok..

    Atau mungkin di buku selanjutnya..? :))

    1. Kevin Anggara

      Maklum, tulisan gue di buku pertama masih gitu. Awal-awal nulis, belum terlalu bagus hahaha. Sekarang udah berkembang lah paling nggak hehe. Next, buat buku kedua, gue pake gaya bahasa gini kok hehe 😀

  2. @indrathrw

    Gue sih lebih milih keduanya continue. Karena gue orangnya suka gak puasan. Jadi ya, mimpi-bangun. Mimpi-bangun. tapi kadang-kadang suka terlena sama mimpi, jadi lupa bangun.

  3. Admin

    Gue maniak baca… banyak bgt maunya. Contohnya hari ini mau belajar buat mata kuliah, mau post blog. .. banyak banget pokoknya di otak ini. Cm ada aja rasa males itu. Klo udah baca atau nonton film semua itu hilang.. hilang sampai gue ketiduran biasanya.

Leave a Reply to Fandy Cancel reply