Write about a friend who never left your side
Buat yang ngikutin cerita gue di blog atau bahkan video di Instagram sampe YouTube, harusnya tau kalo kami sering barengan. Louis itu adik kelas gue pas SMP. Ketika gue naik ke kelas 8, Louis baru masuk di kelas 7. Nah, kok jadi bisa deket padahal nggak sekelas?
Semua bermula dari futsal. Gue sering main futsal, ekskul gue futsal, sampe ikutan klub di luar sekolah biar sering latihan dan main futsal. Semua temen futsal di sekolah gue ajakin untuk latihan bareng di luar, tapi cuman Louis yang paling sering ikut sama gue. Perjalanan ke tempat latihan futsal ini juga cukup jauh dengan berjalan kaki, sekitar 2,5 km. Seminggu latihan dua kali, berarti udah 10 km sendiri jalan kakinya.
Kami jalan kaki karena uang jajan cuman dikit saat itu. Dengan duit 4 ribu, pilihannya hanya dua: 1) naik angkot pulang-pergi 4 ribu, tapi di tempat latihan nggak bisa beli minum, 2) pulang-pergi jalan kaki, tapi di tempat latihan bisa minum.
Kami pilih yang kedua.
Sering jalan kaki bareng membuat kami menghabiskan banyak waktu di jalan sambil ngobrolin guru di sekolah, cita-cita, sampai negara yang sempat menjajah Indonesia. Makanya kami jadi dekat.
Udah banyak cerita lucu dan bego yang dialami kami berdua. Cerita Louis hapenya dijambret pas mau berangkat latihan, cerita selama liburan di Bandung, cerita pertama kali ngetest bisa berenang atau nggak dengan langsung nyebur di laguna yang dalamnya 4 meter, cerita bertemu orang India jatuh di Jepang, dan masih banyak lagi. Beberapa udah sering gue ceritain lewat live streaming. Biasanya gue live streaming ngobrol-ngobrol random itu di jam-jam 11 malam ke atas dan replay-nya nggak di-save. So, you know what to do.
Kembali ke Louis. Banyak cerita yang nasib sialnya diambil semua sama dia. Setiap gue pergi dan Louis nggak ada, pasti selalu ditanya, “Louis mana, Pin?”
Entah yang nanya beneran pengin tau kabar Louis atau mau tau cerita sial baru apa lagi yang dialami olehnya.
Iya, Louis masuk kategori a friend who never left your side untuk gue.
Selain nasib sial, banyak juga hal-hal menyenangkan yang kami alami bersama dan beberapa ada dokumentasinya lewat perjalanan kami ke Jepang. Semoga setelah pandemi selesai, masih banyak perjalanan ke tempat-tempat aneh di Jepang yang menunggu. Ketika gue bilang jalan-jalan ke Jepang sama Louis, secara harfiah kami beneran jalan (kaki) di sana.
Tulisan ini adalah bagian dari 30 Day Writing Challenge, di mana gue akan menantang diri sendiri untuk menulis dari topik-topik yang sudah disiapkan selama 30 hari penuh.
This Post Has 5 Comments
Sweet banget bg!
Ternyata lo bisa sweet juga ya, Vin
Bang. Gua seneng sama font blog lu Bang. Tapi di postingan #30DayWritingChallenge ini, fontnya beda Bang. Lu copas dari Ms.Word ya Bang? Cuma kasih tau aja Bang, kali aja lu blm tau kalo fontnya disini beda. Hehe.
Memang sengaja gue ubah mulai dari postingan #30DayWritingChallenge dan ke depannya.
masih penasaran sama india jatuh
Comments are closed.