You are allowed to change one thing in your life. What will it be?
Selama duduk di bangku SD, gue selalu suka duduk di bangku bagian tengah ke belakang. Dengan begitu, gue merasa nggak terlalu diawasi oleh guru dan bisa curi-curi waktu buat ngobrol sama teman yang lain. Suatu saat, ketika ujian matematika, seperti biasa guru gue akan mencatat soalnya di papan tulis untuk kemudian disalin dan dijawab sendiri di kertas ulangan. Gue merasa kesulitan untuk membaca apa yang ditulis di papan. Dengan sedikit memicingkan mata, tulisannya baru terlihat jelas. Ditambah sedikit mengarahkan badan ke depan sambil tangan gue tetap menulis apa yang sedang berusaha gue baca.
Gue mulai mengeluh tentang penglihatan gue yang semakin blur. Sampai akhirnya disarankan untuk ke toko kacamata, cek minus. Kelas 5 SD, diketahuilah kalo minus gue udah 3 (mata kiri dan kanan). Langsung deh saat itu kehidupan gue berubah. Biasanya kalo habis bangun tidur bisa langsung aktivitas, sekarang harus make kacamata dulu. Bersyukurlah saat itu gue langsung bertemu dengan balon udara di ujung jalan, untuk mengetahui minus di mata gue yang diakibatkan keseringan baca komik di malam hari.
Seiring gue naik ke SMP, SMA, sampe kuliah, minus di mata gue juga perlahan bertambah menjadi minus 8,75 untuk mata kiri dan 8,5 untuk mata kanan. Silinder lupa berapa, tapi yang jelas nggak parah. Notes aja, untuk menyembuhkan minus di mata, nggak bisa dilakukan TANPA operasi lasik. Percaya dokter mata, jangan percaya obat herbal atau kacamata-yang-katanya-bisa-ngurangin-minus-buktinya-tetangganya-teman-gue-berkurang-tuh-minusnya.
Jadi, kalo ditanya satu hal yang mau gue ubah di hidup gue, jelas jawabannya adalah mata yang… lebih sehat? Selain karena gue nggak perlu kacamata lagi, gue jadi nggak perlu keluar uang untuk operasi lasik pada tahun 2016.
Fun fact: saat shooting film Ngenest di tahun 2015, gue nggak pake softlens (karena nggak bisa) dan ikut proses shooting dengan kondisi nggak bisa ngeliat dengan jelas. Sisi positifnya: gue jadi nggak tau ekspresi lawan main di depan muka dan bisa lebih fokus dengan dialog gue sendiri.
Ah, tapi cepat atau lambat, seiring bertambahnya usia, penglihatan kita juga akan menurun. Tapi, sebelum saat itu tiba, nggak ada salahnya merawat mata kita dari sekarang. Biar nggak perlu keluar duit buat lasik dan ribet pake kacamata lagi.
Tulisan ini adalah bagian dari 30 Day Writing Challenge, di mana gue akan menantang diri sendiri untuk menulis dari topik-topik yang sudah disiapkan selama 30 hari penuh.
This Post Has 4 Comments
Bener sih. Dulu waktu diingetin ortu untuk jangan baca buku di ruang gelap, aku bandel. Jadilah saat kelas 4 SD, mata ku sudah minus 2. Sekarang jadi susah sendiri. Disaat yang lain bilang “separuh hidupku adalah kamu”, aku malah bilang “separuh hidupku adalah kacamata”. Wk.
Tanpa kacamata, nggak bisa ngapa-ngapain selain tidur.
Mata minus bisa dari faktor keturunan juga enggak sih?
Bisa juga.
Comments are closed.