Saat masih kecil dulu, gue punya hobi bermain layaknya bocil pada umumnya. Mulai dari mainan robot-robotan, mobil-mobilan, sampai masak-masakan. Semuanya membuat gue senang pada masanya, walaupun kalau sekarang coba gue pikir-pikir, “Serunya apaan, ya?” Kenapa pas kecil tuh kebanyakan dari kita cenderung suka dengan hal-hal yang… nggak ada esensinya?
Pada umur ke-25 ini, gue nggak tertarik buat ngerakit gunpla padahal itu mainan robot dari Jepang. Gue juga baru bisa nyetir mobil karena baru punya waktu belajar lewat kursus mengemudi yang kebetulan bisa antar jemput. Setiap hari, daripada memasak, gue memilih untuk order GoFood karena praktis dan masih sesuai budget makan harian. Tiga hal yang membuat gue menghabiskan waktu bermain saat masih bocil nggak ada yang benar-benar gue pelajari lebih dalam sampai berubah jadi hobi.
Ngebayangin rakit gunpla yang bisa memakan waktu berjam-jam udah bikin gue capek duluan. Pengetahuan gue soal mobil itu cuma Avanza dan Alphard. Avanza karena sering gue temui dan ternyata memang mobil sejuta umat. Alphard karena bentuknya gede, mencolok, dan terlihat mahal. Gue suka daun bawang, tapi nggak tau daunnya itu dari bawang yang putih, merah, atau bombai. Hadeh.
Dan berikut ini adalah tiga hal yang menjadi hobi gue sekarang. Hobi yang juga membuat gue bingung dan bergumam, “Kok bisa suka, ya?”
Tas
Gue cukup bingung menjelaskan hobi tas ini ke orang lain. Yang gue ingat, gue memulainya dengan punya dua tas berbeda saat sekolah. Satu tas untuk buku-buku pelajaran, satu tas lagi untuk kegiatan ekskul di luar jam sekolah. Bermula dari situ, gue jadi secara otomatis selalu membuat plan untuk mengategorikan tas berdasarkan: 1) kegiatan yang dilakukan dan 2) durasi gue pergi untuk kegiatan itu. Mungkin hal itu yang membuat gue jadi mengulik brand-brand dan jenis tas yang ada di dunia. Oh, ternyata tas ada yang bentuknya begini, ya? Hmm, bahan untuk bikin tas kompleks juga, kirain tinggal jahit-jahit doang.
Singkat cerita, gue sekarang punya berbagai tas untuk keperluan yang berbeda-beda. Mau pergi futsal nanti sore, gue tau mau pake tas yang mana. Mau pergi nginep di rumah teman 2 hari, oh pake tas yang ini deh. Mau jalan-jalan ke Jepang selama 10 hari, gue tau tas yang cocok untuk menemani perjalanan nanti. Secara nggak langsung, gue jadi belajar dan tau proses untuk membuat satu tas itu ribet banget. Gue juga jadi bisa mengapresiasi tas dengan lebih karena tau proses di baliknya.
Bahkan ada sebuah platform/komunitas dengan nama Carryology, yang membuat sebuah istilah untuk barang-barang seperti tas, dompet, koper, dan sebagainya yang dipakai untuk membawa barang-barang kita. Yeah, that’s “carry” -> Carryology. Got it?
Denim
Kalau ini bermula dari melihat kakak sepupu gue yang selalu pergi dengan jeans yang sama dan ketika jeans-nya dicuci, dia malah marah-marah. Memang kenapa, ya? Bukannya kalau udah dipakai dengan waktu yang lama, baju atau celana itu ya wajar untuk dicuci?
Ternyata gue baru tau bahwa jeans-nya itu terbuat dari bahan raw denim, yang sebisa mungkin nggak perlu untuk dicuci terus-terusan. Semakin sering dipakai, bahannya akan “membentuk” kaki si pemakai dan jadi semakin nyaman untuk digunakan. Semakin lama dipakai juga bahan raw denim itu akan menghasilkan fading (padahal harusnya “menghilang”), sebutan untuk indigo yang terlepas dari bahan raw denim yang terkena gesekan akibat pemakaian. Bagi para pecinta denim, di situ lah letak seninya.
Gue mulai “main” denim pas SMA. Memang awalnya agak menyiksa, memakai celana jeans yang masih kaku dan membuat pergerakan jadi sulit. Tapi, lama kelamaan kok enak juga ya? Celana jeans ini semacam jadi saksi dari perjalanan gue selama memakainya. Ada kepuasan tersendiri ketika gue mengenakan sebuah celana yang sama dalam waktu lama dan sekarang gue ngerti kenapa kakak sepupu gue marah ketika jeans-nya dicuci. Mungkin memang belum waktunya.
Custom Keyboard
Ini mungkin hobi yang baru-baru aja gue temui, tepat sebelum pandemi. Keyboard mungkin terdengar simpel, tapi custom keyboard? Wow.
Gue termasuk orang yang udah mengenal komputer dari kecil. Gue merasa orang dewasa itu keren-keren banget ya kerja di depan komputer. Terlihat keren karena yang gue lihat mereka sangat fokus di depan layar, sambil jari-jarinya menari di atas keyboard. Pengalaman pertama gue dengan keyboard itu saat pelajaran TIK (Teknologi Informasi & Komunikasi) di SD yang mengharuskan gue untuk ke lab komputer. Di saat bocil lainnya senang main game bajakan yang ter-install pada komputer jadul dengan layar tabung itu, gue malah fokus ke sebuah software/aplikasi yang membuat gue belajar mengetik.
Gue lupa namanya apa.
Itu adalah salah satu materi pelajaran dan kami semua ditugaskan untuk belajar mengetik dengan 10 jari. Gue merasa sensasi yang menarik dari jari-jari gue ketika bersentuhan dengan tombol-tombol yang ada pada keyboard. Singkat cerita, beberapa tahun kemudian, gue udah makin lancar dan cepat mengetiknya. Mulai mencari tahu soal jenis keyboard yang unik dan aneh-aneh. Ternyata ada ya custom keyboard?
And.. the rest is history.
Orang lain yang nggak punya hobi yang sama dan melihat gue pasti akan berpikiran, “Kenapa ya dia dia suka dengan hal-hal yang… nggak ada esensinya?” Sama ketika gue membayangkan diri sendiri pas masih bocil bermain robot-robotan, mobil-mobilan, sampai masak-masakan.
Kenapa pas kecil tuh kebanyakan dari kita cenderung suka dengan hal-hal yang… nggak ada esensinya?
Esensi dari hobi memang nggak harus dimengerti semua orang karena suka itu nggak butuh banyak alasan. Esensi hobi? Ya memang untuk kesenangan semata. Bonus kalau ternyata bisa menghasilkan. Ketika masih bocil, gue bermain tanpa perlu mikir nanti ke depannya, “Gue bakal tetap suka nggak, ya?”
Karena itu semua nggak penting selama gue menikmati apa yang terjadi saat itu. Entah ke depannya akan masih menjadi hal yang gue suka atau nggak.
Menarik untuk menunggu apa yang akan menjadi hobi gue dalam… 10 tahun ke depan?
This Post Has 32 Comments
hobi anak sekarang ya pada suka keyboard yang mechanical..dan mahal2 pula harganya
Hobi ya, btw hobi gue sekarang jadi pekerjaan yang sedang ngasih duit buat gue beli paket internet. Tapi ada yang kurang setelah menjalani nya. Mungkin hobi tetaplah seharusnya jadi hobi. Tapi kita nggak tau kedepannya.
yup..n ternyata hobi kita jg kadang berubah seiring berjalannya waktu maupun kesibukan kita.
Hobi orang memang beda” ya, ntah kenap gw hobi aja nulis di blog walaupun gak ada manfaatnya dan karna gw pecinta hewan jadi hobi gw sekarang ya nulis tentang hewan² yang ada didunia.
Bahkan kalo ada ide yg menarik tulisan tersebut gw jadiin buat konten YouTube.
yah begitulah, hobi bisa berubah karena banyak faktor memang.
yups, seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya usia pastinya, hobi atau kesukaan kita terhadap sesuatu akan berubah ya :’)
Hobiku dulu ngegame, cuman di umur 27th kayak sekarang ngerasa feel ngegame udah nggak seseru dulu
Main ML the best bukan nyari refreshing malah tambah puying tapi main terus ehehe
Sampai hari ini aku hobinya mbaca komik, seperti yang kak kevin bilang suka itu nggak butuh alasan tpi ya kadang kadang mikir apa sih untungnya baca komik ? Padah ya alurnya gitu gitu aja
Sampai sekarang saya menghasilkan uang dari hobi
Sampai hari ini saya masih suka nulis di blog, udah ngblog dari tahun 2016 meskipun gak dapet duit tapi seneng banget blog rame banget yg baca.
Padahal cuma ngulas daftar lagu terhits, tapi sekarang kayanya udh mulai didominasi sama YouTube jadi mau ganti Niche aja.
Btw sekarang gue punya hobi baru yaitu mau numbuhin brewok, barang kali ada yang pengen ikut numbuhin juga bisa mampir ke blog ane yah.
Hobi ku mengunpulkan uang receh, kgk tau knp
Memang hobi seseorang bakal berubah seiring dengan perubahan lingkungan di sekelilingnya.
Emang hobi tiap orang berbeda-beda
Comments are closed.