Masa kecil kita sangat indah, kalo kita pernah memainkan game yang satu ini. Iya, Harvest Moon. Menurut gue, ini adalah game legendaris yang paling memorable sepanjang masa dan bisa bikin gue diam berjam-jam di depan layar TV. Mungkin, game ini juga jadi salah satu penyebab kenapa gue pake kacamata saat ini.
Harvest Moon adalah sebuah permainan tentang sebuah simulasi perkebunan. Mirip-mirip The Sims gitu, lah. Harvest Moon ini juga banyak versi-nya. Tapi yang paling nge-tren udah pasti yang Back To Nature. Kalo di PS2, gue suka sama Harvest Moon yang A Wonderful Life. Entah kenapa, kebanyakan dari kita lebih suka dengan Harvest Moon yang Back To Nature. Mungkin karena alur ceritanya menarik, simpel, gameplay-nya seru, dan masih banyak alasan lainnya. Kalo gue pribadi, entah kenapa dari awal udah addicted. Jadi nggak bisa lepas dari memori deh sampai sekarang.
Oke, buat yang belum tau, gue pengin mulai dulu dengan sedikit cerita tentang Harvest Moon: Back to Nature. Buat yang udah tau, yaudah… makan dulu sana.
Pencet Start buruan!
Di dalam game ini, kita bakalan memakai seorang karakter laki-laki (nama default-nya Jack, bisa dinamain bebas) yang bakalan memiliki sebuah perkebunan warisan kakeknya. Tugas kita disini adalah merawat perkebunan ini sampai sukses. Kita juga harus menjalin persahabatan dengan penduduk desa Mineral Town, desa dimana karakter kita tinggal. Hari pertama, kita akan bertemu dengan Mayor Thomas, walikota Mineral Town. Mayor Thomas pun memulai ceritanya:
*flashback cerita dengan sudut pandang Jack*
Nama gue Jack. Saat gue masih kecil, gue datang ke kebun kakek untuk liburan. Waktu itu kira-kira musim panas, lah. Di kebun kakek ini gue bosen banget. Kakek gue terlalu sibuk ngurusin perkebunan, sampai-sampai nggak ada waktu buat gue. Gue galau. Walaupun masih kecil, gue juga manusia yang punya perasaan. Kakek gue terlalu sibuk, gue masih tetep galau. Daripada gue lanjutin galaunya, mending gue jalan-jalan ke gunung, kan? Entah semalam gue mimpi apa, gue secara nggak sengaja bertemu dengan seorang cewek yang ternyata seumuran. Lalu? Gue tanya “Neng, punya obeng nggak?” Bukan, bukan.. gue kenalan lah sama dia.
Lama kelamaan, gue jadi makin deket sama dia.
Ketika musim panas udah selesai, gue pun harus kembali ke kota. Tapi sebelum gue pulang, gue janji sama temen cewek gue untuk datang lagi suatu hari nanti. Suatu hari nanti. Ecieeeilah. Singkat cerita, kakek gue meninggal beberapa tahun lalu. Saat itu, gue telah tumbuh menjadi seorang pemuda harapan desa. Gue kembali ke desa itu untuk mengambil alih perkebunan kakek gue. Walikota Mineral Town, Mayor Thomas, berkata kepada gue kalo gue bisa menjadi pemilik tetap perkebunan ini asalkan… kasih tau nggak, ya?
Asalkan gue bisa mengembalikan perkebunan ini seperti semula. Gue harus memperbaiki perkebunan ini dan bersahabat dengan penduduk desa. Kalo gue nggak bisa, gue bakalan diusir dari desa ini. Gue diberi waktu 3 tahun untuk mengembalikan perkebunan ini menjadi baik, seperti semula. Sedikit bocoran aja, temen cewek gue semasa kecil ini bakalan gue nikahin nanti.
Nah, kira-kira begitulah ceritanya. Di Harvest Moon: Back to Nature, ada lima orang cewek yang bisa Jack dekati, sundul sayang, kecup manis, iris tipis, potong manis, shikat miring! Siapa aja?
Ann – Karen – Popuri – Mary – Elli.
Dari game ini, gue jadi dapet banyak pelajaran. Menurut gue, game nggak cuman buat main-main, refreshing, atau hiburan semata. Dari game, gue juga bisa mendapat banyak pelajaran yang diajarkan secara nggak langsung. Apa aja tuh?
1. Disiplin
Harvest Moon mengajarkan gue untuk disiplin. Gue sebagai petani di Harvest Moon nggak boleh males-malesan kalo pengin perkebunan ini sukses. Gue harus menjalankan rutinitas gue untuk menyiram tanaman, ngasih makan ternak, cari uang, dan sebagainya. Begitu juga di dunia nyata, gue harus disiplin. Dengan disiplin, gue jadi bisa sukses. Disiplin itu adalah kunci utama menuju kesuksesan. Tanpa disiplin, kesuksesan bakalan mustahil.
2. Time Management
Kita harus pinter ngatur waktu di Harvest Moon. Begitu juga di dunia nyata. Misalnya harus pinter-pinter ngatur waktu di ladang, kapan ngasih makan ternak, kapan PDKT sama cewek, kapan tamatnya nih game, dan lain-lain. Di dunia nyata, gue sebagai pelajar harus bisa ngatur waktu untuk tidur, main game dan belajar. Menurut penelitian, 1/3 hidup kita dihabiskan untuk tidur. Jadi, saran gue kalo kalian mau hidup 150 tahun, tidurlah selama 50 tahun.
Karena gue seorang pelajar, belajar menjadi salah satu aktivitas rutin gue… di sekolah. Kalo sekolah bukanlah tempat untuk tidur, maka rumah bukanlah tempat untuk belajar. Kalo tidur untuk kesehatan itu penting, kenapa sekolah mulainya pagi banget? #persoalan
3. Rajin
Di Harvest Moon, gue harus rajin dan nggak boleh bosen menghadapi rutinitas sehari-hari. Bangun tidur, langsung nyirem tanaman, terus ngasih makanan ternak, nambang buat nyari duit, dan mancing buat dapetin hati kamu. Eh ikan maksudnya. Di dunia nyata, gue adalah seorang yang pemalas. Saking malesnya, mau males-malesan aja rasanya males banget. Tapi dari Harvest Moon, gue belajar lagi bahwa dengan rajin gue bisa pinter. Menurut gue, orang pinter belum tentu rajin, tapi orang rajin udah pasti pinter. Orang pinter, minum tolak ang*in.
4. Kerja Keras
Berkaitan dengan poin 1 dan 4, kerja keras juga menjadi salah satu kunci menuju kesuksesan. Untuk sukses di Harvest Moon, gue harus bekerja keras dan membutuhkan waktu kurang lebih 2 tahun. Di dunia nyata, gue harus bekerja keras dengan cara belajar. Sukses versi gue di dunia nyata adalah: membanggakan kedua orang tua gue. Tanpa orang tua, gue nggak bakalan ada di dunia ini. Jadi, kalo kalian udah sukses nanti, jangan lupain orang tua kalian. Jangan juga lupain temen-temen kalian saat kalian di bawah dan bukan apa-apa.
Sekarang, gue pengin bikin orang tua gue kembali bangga dan merasa nggak sia-sia melahirkan anaknya ini. Saat gue menang lomba blog kemarin-kemarin dan sukses membuat buku pertama, orang tua gue bilang mereka sangat bangga. Gue seneng. Uang muka dari buku pertama juga udah gue kasih kepada orang tua gue. Iya, buat bayar uang sekolah gue + adik gue, bantu-bantu, atau buat keperluan lainnya.
Yeah, I really wanna make my parents proud.
5. Tanggung Jawab
Berani berbuat, harus berani bertanggung jawab. Tanggung jawab itu bukan lo yang tanggung, gue yang jawab. Kalo di Harvest Moon, gue nggak ngasih makan ternak, ternak gue bisa sakit. Gue harus bertanggung jawab dengan membeli obat untuk menyembuhkannya. Contoh lain, di Harvest Moon gue diberi tanggung jawab oleh walikota untuk mengurus perkebunan. Maka dari itu, gue harus melaksanakannya dengan baik. Kalo nggak bisa, ya harus bisa tanggung jawab.
Di dunia nyata, contoh gampangnya gue lagi nendang bola, terus mecahin kaca di ruangan kepala sekolah. Sebagai pelajar bertanggung jawab, gue harus mengganti kerugian ini dan meminta maaf. Begitulah…
***
Hal-hal diatas adalah pelajaran yang gue dapet selama bermain Harvest Moon. Saking senengnya sama Harvest Moon, walaupun gue udah SMA, gue masih tetep main meskipun sering dibilang “Kayak anak kecil, lo!” sama temen gue. Ejekan itu gue balas dengan “Kalo lo udah bisa namatin game ini, lo baru boleh ngejek gue. Hehe.” Iya, orang lain nggak bakal ngerti serunya suatu game kalo belum nyoba sendiri. Dan sesungguhnya, game itu nggak mengenal batasan umur. *lanjut main*
Lo nggak bakal ngerti serunya Harvest Moon, kalo mainnya masih pake GameShark. – @kevinchoc
Kalo ada yang pengin cerita pengalamannya selama main Harvest Moon, share aja di comment-box. Sekian! ( ˘̶̀O˘̶́ )9
This Post Has 107 Comments
Coba Seri River King atau Rune Factory
Setipe tapi beda….
Comments are closed.