Malam Mistis Absurd di Jogja

Malam Mistis Absurd di Jogja
 
Desember 2012 lalu, setelah selesai perjalanan dari Bali bersama sekolah, gue mampir ke Jogja. Ini udah termasuk dalam rencana perjalanan sekolah. Karena tujuan pulangnya ke Jakarta, makanya sekalian mampir dulu ke Jogja. Di Jogja ini, kami hanya menginap selama 2 hari 1 malam. Jadi, bentar banget deh. Rencananya juga, kami bakal pergi ke Gunung Merapi buat liat sunrise. Tapi telat sodara-sodara. Sebagai seorang calon pendaki gunung, gue merasa gagal. Siang harinya, di hari kedua, gue juga bakal mampir ke Malioboro, Jogja, buat beli oleh-oleh atau souvenir sebelum bener-bener pulang ke Jakarta.
Hari Pertama di Jogja


Gue terbangun dan melihat jendela dari posisi sikap lilin saat bus udah sampe di tempat istirahat. Err…. tempat istirahatnya ini adalah sebuah villa, bukan tempat istirahat terakhir. Gue dan para peserta lain sampe di villa ini pukul 13:30 siang. Kampret-nya, check-in di villa ini adalah pukul 15:00 sore karena kamar belum disiapkan. Jadi karena dateng kecepetan gini, mau nggak mau harus mau ya kita terpaksa nunggu. Oh iya, kenalin nama villa ini, Taman Eden 2, yang terletak di Kaliurang, Jogja.  *buka atlas*
 
Sambil nunggu check-in, gue jalan-jalan keluar bus dan menuju keluar pintu gerbang Taman Eden 2. Kebetulan, ada sebuah lapangan kecil dan warung di seberang sini. Gue bisa ngabisin waktu untuk nunggu check-in sambil latian kayang dan sikap lilin di lapangan. Atau sekedar ngopi dan makan indomie rasa ayam bawang di warung. Gue milih yang pertama.

Malam Mistis Absurd
Karena lagi kurang enak badan, gue nggak jadi latian kayang dan sikap lilin.
Secara nggak sengaja, gue jalan-jalan ke tempat yang ada di belakang lapangan. Gue bercanda bareng teman-teman di sini. Berisik? Iya, udah pasti. Saat asik-asiknya bercanda dan ngobrol tentang jempol kaki teman gue (gue juga nggak tahu kenapa ini jadi topik obrolan), tiba-tiba ada seorang kakek-kakek berjenggot putih ngeliatin kita. Pertama, gue kira itu adiknya Dumbledore yang ngungsi ke Indonesia. Ternyata bukan. 

Kakek-kakek itu memandangi kita dengan sinis, seakan-akan kita baru aja mecahin pot bunganya dan berusaha kabur. Tampaknya, dia nggak seneng karena ke-berisik-an kami ini. Dari situ, gue mulai ngerasa ada yang nggak beres di sini, hawanya nggak enak. Kakek-kakek itu sangat misterius.
 
Waktu mulai menunjukkan pukul 15:00. Gue dan teman-teman yang lagi jalan-jalan di sekitar villa pun siap-siap untuk check-in.  Pertama, kita ngambil koper dan barang-barang di bus, kemudian menuju kamar di Taman Eden 2 ini. Jalan masuknya sih agak bikin capek. Semacam turunan gitu. Harus punya ekstra-stamina buat berjalan di jalan menurun ini. Salah-salah jalan atau kepeleset, kalian bisa aja jatoh guling-gulingan kayak Teletabis gitu.

Singkat cerita, tibalah gue di kamar yang akan dipakai ber-enam ini. Memasuki kamar, aura mistis pun masuk ke kantong celana sebelah kanan gue. Sabar… keluarin dulu, ya. Bukan hanya gue, teman gue sebenernya juga udah ngerasain ada aura mistis, tapi dia masih diem-diem aja. Mungkin dia adalah salah satu dari “mereka” dan menyamar untuk menjadi mata-mata. *kebanyakan nonton film*


Mungkin emang bener, kamar ini baru disiapin. Terasa saat kaki gue menginjak lantainya yang masih agak basah, dan spreinya yang juga masih basah. Habis diangkat dari jemuran, pikir gue. Dan mungkin juga ini kamar yang jarang dipake karena “angker” Kamar ini terletak di paling bawah bagian villa ini dan paling pojok. Nama kamar ini MELON 4. Unyu, tapi tetep aja bikin bulu kuduk berdiri kalo ada di kamar ini. Di balik nama yang unyu ini, ternyata tersimpan suasana yang udah di-setting jadi angker. 


Kamar ini udah memenuhi persyaratan menjadi kamar yang angker. 


Saat gue menulis ini, gue masih ngebayangin hal-hal yang terjadi saat malam “itu” tiba. Iya, gue ngetik di malam hari di jam-jam yang sama dengan kejadian “itu” Sambil deg-deg an. Oh, mungkin gue belom minum Kopiko White Coffee. Kata Choky Sitohang sih, nggak bikin deg-deg an. Apa mungkin gue harus minum Cappucinno buatan Nadine yang Numero Uno dulu? Lah, kok jadi bahas kopi gini.


Back to the topic, kamar ini mempunyai empat ranjang. Dua di antaranya besar dan muat untuk dua orang. Dua sisanya hanya muat untuk satu orang. Jadinya pas. Ada lima orang yang akan jadi teman sekamar gue kali ini. Kesialan pertama ada tepat di depan ranjang ini. Ya, tedapat kaca yang lebar dan cukup besar. Maksudnya apa coba? Tepat di atas kaca, ada sebuah lukisan Harimau. Tidur bisa nggak tenang karena diliatin mulu.


Untuk lebih jelasnya, gue buatkan denah dari Paint. Ya, Paint. Kalian nggak salah baca.

Malam Mistis Absurd


Untuk kamar mandi, ini juga nggak kalah serem. Pertama masuk kamar mandi, gue mencoba menyalakan keran air di bak mandinya. Hasilnya? Nggak bisa. Mungkin bener kata gue di atas tadi, kamar ini jarang dipake karena “angker” dan keliatannya jarang diurus. Kamar mandi ini contohnya. Penghuni kamar ini termasuk gue harus mencari teknisi villa untuk membetulkannya. Di kamar mandi ini, shit, ada kaca lagi. 

Setelah kamar mandi ini dibenerin, dengan ketololan tingkat kabupaten Martani dan keberanian untuk pingsan yang tinggi, gue memutuskan untuk “memperkosa” kamar mandi ini duluan. Yes, you right. Jadi yang pertama itu selalu indah… sialnya. Mula-mula saat di dalam kamar mandi, gue menyalakan keran air untuk mandi, lalu gue mencoba untuk membuat kari ayam, saus padang, atau bumbu rendang di tempat ini:

Malam Mistis Absurd


Tau kan yang gue maksud? Halo, guys? Guys? Pada ke mana?!


Lagi enak-enaknya bikin bumbu makanan, gue nggak sengaja melihat ke langit-langit kamar mandi dan tiba-tiba aja langsung teriak, “KAMPREEEEEEET…!” sekencang-kencangnya dalam hati. Langit-langitnya bolong, men! Gue curiga nanti Sadako bakalan keluar dari langit-langit itu sambil teriak, “SURPRISE!!” terus ngeguyur gue pake air di bak. Huft... kamar mandi ini kok serem banget. 

Setelah membersihkan sisa-sisa bumbu makanan tadi, gue pun bersiap-siap untuk mandi. Ya, akhirnya air yang tadi gue isi melalui keran udah penuh di bak mandi. Dengan semangat untuk mandi yang tinggi ini pun, gue iseng-iseng nyelupin tangan ke bak mandi yang udah penuh dengan air tadi. Dan nggak sampe 3 detik kemudian, gue teriak lagi. Kamar gue terbelah jadi dua. Satu Jogja gempa. Gue dibuang ke Somalia.

Ternyata yang gue isi dari tadi adalah air panas. Sial, gue nggak liat arah keran yang ternyata berpengaruh buat nyalain air panas atau dingin. Finally, gue bisa mandi dengan tenang dan selamat sentosa mengantarkan diri gue ke luar pintu gerbang kamar mandi. YES! GUE MASIH IDUP! Muahahahaha.



Kejadian Itu.. 

Malam itu, kira-kira pukul 22:00 malam, teman-teman sekamar gue pergi ke lobby. Nggak semuanya, menyisakan gue dan sau orang teman gue. 
Di kamar, kebetulan cuman ada gue, teman sekamar yang nggak ikut, dan teman sebelah kamar yang numpang nonton TV. Okesip. Gue nemenin teman sebelah kamar ini nonton TV, kebetulan ada film bagus di salah satu channel TV. Sedangkan teman sekamar gue ini udah tidur, sambil menghadap ke sebelah kiri, di ranjang kecil sebelah ranjang gue (lihat denah). 

Nggak berapa lama kemudian, teman sebelah kamar gue ini udah selesai nonton TV. Dia pun langsung pamitan untuk tidur di kamarnya. Ya, tinggal gue berdua yang ada di kamar. Cowok. Tenang, gue nggak ngapa-ngapain kok. Paling cuman.. ah sudahlah. 


Karena saat itu gue udah ngantuk dan harus siap-siap bangun pagi-pagi buta untuk liat sunrise di Merapi, gue pun memutuskan untuk mematikan TV. Gue nggak bisa tidur saat lampu menyala. Lalu, gue pun mematikan lampu kamar ini. Ceklek, bunyi saklar pada malam itu. Gelap total. 


Gue beranjak ke ranjang gue yang tepat bersebelahan dengan teman sekamar gue ini. Gue mencoba untuk tidur. Posisi gue saat itu adalah menghadap ke kamar mandi. Sepintas, kita jadi mirip pasangan suami-istri yang lagi marahan dan tidurnya bertolak punggung. Romantis. Anjis!

Kejadian “itu” pun tiba. Saat sedang asik-asiknya bikin video dengan cewek Jepang dalam mimpi, tiba-tiba gue merasakan hawa yang dingin di punggung gue. Tepatnya di badan sebelah kiri. Gue pikir itu angin, jadi gue masih santai-santai aja. Nggak berapa lama kemudian, hawa dingin ini seakan-akan masuk ke badan sebelah kiri gue, dingin, gue nggak bisa gerak. Gue lagi sadar saat itu, tapi saat mencoba menggerakan badan untuk ngeliat ke belakang, nggak bisa sama sekali. Mungkin ini yang namanya “ketindihan”.

Ini pertama kalinya gue merasakan ketindihan kayak gini. Apalagi hanya setengah badan, hampir seluruh badan nggak bisa gerak. Mungkin ini yang dinamain: Separuh Aku, kayak lagu band Noah.  Saat ketindihan, gue cuman bisa doa dalem hati, doa, doa, dan doa. Ada kira-kira 2 menit, gue nggak bisa gerak. Tiba-tiba aja, secara nggak sengaja, gue bisa gerak lagi dan langsung keringet dingin. Konon katanya, keringet gue yang saking banyaknya ini bisa menenggelamkan  tiga kabupaten di pulau Jawa.

Gue nggak berani buat nengok ke belakang punggung gue, walau gue tau teman sekamar gue tidurnya tepat di belakang gue. Apa jadinya kalo gue lagi nengok ke belakang, tiba-tiba ngeliat sosok “sesuatu” yang nggak gue harapin sama sekali. Gue nggak mau pingsan karena ketakutan di sini.

Untuk pertolongan pertama, gue lalu mencoba menelepon teman-teman gue yang sedang berada di lobby. Dengan posisi gue yang masih dalam selimut, ketakutan. Lagi-lagi kesialan datang. Gue baru inget, di kamar paling pojok ini, sinyal itu hampir nggak ada. Alhasil, sinyal gue cuman satu batang dan teleponnya nggak nyambung. Pas nyambung, nggak diangkat. Pas nyambung, diangkat, sinyal gue hilang lagi. Terus aja.


“KAMPRET! TEMEN ELU LAGI KETINDIHAN INI! KALIAN MALAH ENAK-ENAKAN DI LOBBY“, jerit gue dalam hati.


Gue lagi-lagi coba memberanikan diri, dengan mental yang udah jadi kayak tempe basi gini, untuk nengok ke belakang -> nyalain lampu -> terus kabur ke lobby. 1… 2… 3… gue langsung menyingkap selimut gue dan cepet-cepet keluar dari kamar. Tapi, sayangnya itu baru  terjadi di pikiran gue. Teman sekamar gue yang lagi tidur pengin gue tinggal sendiri di sini. Waktu itu, yang penting gue selamat. Gado-gado pake tomat, bodo amat. 


Gue beranjak dari tempat tidur. Saat membuka pintu dan bersiap-siap untuk kabur, gue tiba-tiba terhenti. Di luar kamar gelap banget, men! Gue jadi makin ketakutan dan memutuskan ke kamar  lagi untuk membangunkan teman gue yang lagi tidur. Pertama, gue menyalakan lampu kamarnya dengan cepet + gemetaran. Lalu, gue membangunkan teman gue dari mimpi indahnya. 


“JO… JO…! BANGUN! JO… BANGUN JO! KEBAKARAN KEBAKARAN! BANCI! KANTIB WOI! KABUR!”, gue berusaha membangunkan teman gue.


Setelah lumayan lama, akhirnya teman gue yang tidurnya udah kayak mati suri ini langsung terbangun dan keliatannya dia sangat kaget dibangunin kayak gini. 


“Ada apaan? Ada apaan?! Bikin kaget aja.” sahut teman gue, panik.


“Ada nanas, ada cokelat, keju juga ada” kata gue dalam hati. Menurut lo?


“Lu juga bikin gue kaget, kampret! Udah sekarang buru-buru kita ke lobby, nanti gue jelasin di sana!!” balas gue, nggak kalah panik.


*lomba lari ke lobby*

 
Malam Mistis Absurd
Foto source: google, ini saat siang harinya.
 
Itu tempat kita lomba lari. Jalan menuju lobby itu ada di bagian kanan yang agak menuju ke atas. Kebetulan, di sana juga lumayan “angker” dan sepi. Baru setengah jalan, untungnya gue ketemu teman-teman yang baru aja balik dari lobby. 
 
“GUE TELPONIN DARI TADI, NGGAK DIANGKAT!!” teriak gue sambil ngos-ngosan.
 
“Sori, nggak masuk telepon-nya. Emang ada apaan, sih?”, kata mereka dengan polosnya.
 
Gue langsung pengin gambar meme You Don’t Say dan kasih liat ke mereka. 
 
Malam Mistis Absurd
 
Tapi ternyata kelamaan. 
 
“Gue tadi ketindihan gitu, serem banget pokoknya!” gue menjelaskan ke mereka sambil ketakutan.
 
“Oh, ya? Pantes, tadi pas pertama masuk kamar itu juga gue ngerasa ada yang aneh.” kata salah satu teman gue.
 
“Iya, pantes, tadi gue ngerasa ada sesuatu di lukisan harimaunya, ternyata bener.” teman yang lain nambahin.

Malam Mistis Absurd

 
Suasanya jadi makin serem, teman-teman gue yang lain juga pada ketakutan. Kita kembali ke kamar bareng-bareng kayak peserta tawuran yang bawa celurit. Mungkin dengan begitu, “sesuatu”-nya bisa takut dan langsung pergi. Sebelum masuk, teman gue ngucapin permisi dulu. Mungkin, penghuni kamar ini suka ngegangguin orang-orang asing dan nggak seneng sama kita. Apa ada hubungannya dengan kakek-kakek-si-adik-Dumbledore pada siang itu? Entahlah. Yang pasti, gue makin ketakutan.
 
Malam itu menjadi malam mistis absurd yang sangat panjang. Kita semua nggak bisa tidur. Iya, saking ketakutannya, ke kamar mandi aja semuanya pada minta ditemenin biar nggak ada hal-hal yang nggak diinginkan terjadi. Padahal, jaraknya deket banget dari ranjang ke kamar mandi. 
 
Gue dan teman-teman yang lain duduk di luar kamar sambil ngopi. Sesekali membahas hal-hal yang tadi gue alami. Kenapa cuman kamar gue dan teman-teman gue aja yang mistis gini? Di saat teman-teman yang lain tidur sambil menikmati dinginnya Jogja malam itu, gue dan temen-teman sekamar malah nggak bisa tidur. Yeah, this is MALAM MISTIS ABSURD!
Karena udah ngantuk berat, gue dan beberapa teman memutuskan untuk tidur, sambil dempet-dempetan gitu. Soalnya, pada takut tidur sendiri. Malahan, gue dan beberapa temea sekamar yang lain sempet ngungsi ke kamar teman sebelah untuk tidur. Tapi nggak bisa karena udah terlalu rame. Gue pun tidur di deket pintu masuk bareng teman-teman sekamar yang lain. Beberapa teman yang nggak bisa tidur jaga di luar. Jam menunjukkan pukul 02:30 pagi. 
 
Tepat pukul 03:30, gue yang resmi tidur cuman satu jam, terbangun oleh SMS dan telepon masuk dari teman-teman sekamar gue yang lain. Mereka sekarang lagi di lobby karena nggak bisa tidur, dan nyuruh gue untuk nyamperin mereka kalo udah bangun. Dengan setengah ngantuk gue cuman reply SMS dan telepon yang masuk dengan kata, “Iya” Gue masih ngantuk, padahal beberapa jam lagi kita harus siap-siap untuk melihat sunrise di Merapi.
 
Gue bersiap-siap menuju lobby dan bertemu dengan mereka. Kebetulan lagi, di tengah jalan gue udah ketemu dengan mereka yang baru aja balik dari lobby. Mereka cerita ke gue, saat mereka akan menuju lobby berdua, tiba-tiba seperti ada “sesuatu” bersosok putih yang ngikutin mereka di tempat gue lomba lari malam itu. Gue dan mereka sama-sama ketakutan. Kita berpelukan. Nggak lama kemudian, kita kembali menuju lobby sambil menunggu keberangkatan ke Merapi.
 
Gue diberitahu salah satu teman, bahwa sosok yang “menindih” gue saat itu adalah seorang anak kecil yang ingin mengajak gue bermain. Anak kecil itu melihat sifat gue yang pendiam, makanya dia ingin ngajak gue main. Etdah, gue jadi ketakutan banget waktu itu. 
 
Gue curiga anak itu adalah Dora the Explorer yang lagi kemalingan sama Swiper si Pencuri, jadi mungkin dia ngajak gue berpetualang untuk menemukan si Swiper yang mencuri peta dan ranselnya. HIH!

Malam Mistis Absurd
Sampe saat ini, di rumah, gue masih sering ketindihan kayak gini. Anehnya, cuman tubuh sebelah kiri doang yang kena. Kalo mau tidur, gue harus berposisi nengok ke kiri biar aman. Gue udah bersiap-siap untuk berontak ketika mulai muncul hawa-hawa dingin yang seakan-akan udah mau masuk ke dalam badan gue. Gue tau, itu gejala-gejala kalo gue akan “ditindih” sama si Dora itu.
 
Kemarin, gue ngerasain yang lebih parah. Saat pengin tidur, tiba-tiba badan gue kayak ditarik ke atas, dan gue merasa kayak lagi terbang. Gue ngelawan dengan teriak-teriak gitu, mungkin si Dora bisa lepas. Eh bener aja, dia lepas. Saat gue bangun dan ngeliat ke sebelah gue, ada kakak gue yang asik nonton TV. Gue bingung, kenapa kakak gue ini masih nonton TV seakan nggak terjadi apa-apa barusan? Padahal, tadi gue sadar kalo gue teriak dengan kenceng buat ngelepasin si Dora. Kenapa kakak gue ini nggak denger? Ah… perasaan gue aja kali.
Malam Mistis Absurd

 

Dora, jangan godain dan ganggu aku lagi 🙁
Setelah browsing sana sini, ternyata gejala ketindihan ini biasa disebut sleep paralysis. Sleep paralysis adalah suatu kondisi di mana tubuh tertidur sedangkan otak masih terjaga atau sadar. Gangguan ini menyebabkan otak mengirimkan sinyal-sinyal seperti saat kita terjaga. Tapi, tubuh kita nggak bisa menangkap sinyal-sinyal itu dengan baik karena mengira kita sedang tertidur. 


Biasanya, sleep paralysis juga identik dengan halusinasi makhluk halus. Perasaan seperti melihat penampakan. Nah, itulah kenapa sleep paralysis sering dihubungkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Seperti pengalaman malam mistis absurd gue ini. Kesimpulannya: sleep paralysis adalah gangguan pada peredaran darah, sehingga tubuh menjadi kaku dan lumpuh. Nggak usah takut! Hehehe.

Teman-teman pembaca ada yang pernah mengalami hal yang serupa dengan gue? Boleh di-share ya pengalamannya di comment-box. Sekian!

Mau dapet email setiap ada postingan baru?