Imlek adalah saat di mana gue benar-benar percaya dengan pepatah “Don’t judge the book by the cover.” Pada saat Imlek, ‘cover’ belum tentu mencerminkan isi di dalamnya. Ada banyak hal-hal yang bisa dilakukan pada saat tahun baru Imlek.

Imlek

Seperti tahun baru Imlek sebelum-sebelumnya, keluarga besar gue turut serta merayakannya sesuai dengan tradisi yang ada. Tradisi yang mengharuskan kami melakukan sembahyang untuk menyambut datangnya tahun baru Imlek. Yang dilakukan saat tengah malam menjelang Imlek. Sembahyang kepada para leluhur. 


Lalu, tradisi yang mengharuskan kami berkunjung ke rumah sanak saudara untuk berkumpul bersama. Kemudian, secara bergantian, menjadi saling mengunjungi. Selain tradisi ini, masih banyak tradisi-tradisi lain yang dijalankan oleh keluarga gue. 


Misalnya, pintu dan jendela yang harus dibuka pada saat tengah malam. Katanya, biar rezeki banyak yang masuk. Tapi, gue kok malah takut yang masuk malah maling. Soalnya udah tengah malam, bukannya menutup pintu dan jendela, kami malah seakan mempersilahkan mereka masuk. Rezeki nggak datang, yang ada justru hilang.


Imlek

 

Tradisi lainnya adalah membersihkan rumah sebelum tahun baru Imlek. Beberapa hari sebelum tahun baru Imlek, kami sekeluarga membersihkan rumah sampai benar-benar bersih. Sampai isinya nggak ada. Besoknya, kami nggak jadi Imlek-an.
 
Ada lagi tradisi yang bertentangan dengan tradisi di atas. Yaitu, tradisi yang tidak memperbolehkan kami membersihkan rumah pada saat Imlek. Dalam kondisi apapun dan sekotor apapun, kami tidak boleh membersihkannya. Soalnya, membersihkan rumah pada saat tahun baru Imlek dianggap membuang rezeki. Karena tradisi ini, rumah kami jadi kotor.
 
Makanan yang harus disediakan juga menjadi salah satu tradisi yang dipercayai keluarga gue. Agak berbeda dengan keluarga lain yang mengadakan perjamuan malam, keluarga gue justru melakukan dua kali perjamuan pada malam dan pagi harinya. Makanan yang dihidangkan juga sedikit berbeda. Kalo keluarga lain menghidangkan ikan bandeng sebagai simbol rezeki, keluarga gue menghidangkan ayam goreng sebagai simbol “Ayam lebih enak daripada ikan.” Lihat, nggak ada ikan bandeng pada foto di bawah ini: 

Imlek
Kalo keluarga lain menghidangkan jeruk Bali sebagai simbol kemakmuran, keluarga gue menghidangkan jeruk Mandarin sebagai simbol bahwa nenek gue bisa bahasa Mandarin. Nggak nyambung memang. Kalo keluarga lain menghidangkan kue keranjang, keluarga gue terpaksa menghidangkan kue keranjang juga karena gue udah kehabisan ide. Tapi biasanya, kue keranjang ini dihidangkan saat Cap Go Meh, yang melambangkan hari ke-15 sekaligus hari terakhir setelah tahun baru Imlek. Cap = sepuluh, Go = lima, Meh = malam.
 
Bukan, bukan Cap = di-stempel, Kaki = alat gerak, Tiga = angka. Itu mah, minuman.
 
Tahun baru Imlek identik dengan hal-hal yang baru dan beberapa ornamen yang bernuansa merah. Warna merah ini sendiri melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan. Katanya sih bawa hoki juga. Di rumah gue, ornamen bernuansa merah seperti lampion selalu ada. Iya, soalnya gue yang bantuin nyokap memasangnya.
Imlek
  
Dan dari semua tradisi yang udah gue sebutin di atas, ini yang nggak boleh dilewatin. Iya, pemberian angpao. Merupakan salah satu tradisi agar si penerima angpao bisa mendapatkan keberuntungan dan nasib yang baik. Karena angpao berwarna merah, bukan berarti isi di dalamnya juga berwarna merah. Seperti yang gue bilang tadi, pada tahun baru Imlek ini, gue percaya dengan pepatah “Don’t judge the book by the cover.” Karena bisa aja, isinya malah berwarna biru, hijau, atau bahkan abu-abu. Atau yang lebih parah, kosong.
But hey, jangan menilai angpao dari isinya. Karena yang terpenting adalah doa yang diberikan pemberinya kepada kita. Walaupun sebenarnya, kita juga berharap doanya didukung oleh isinya. Ya, manusia emang nggak pernah puas. Maunya yang enak aja. Dikasih yang nggak enak, protes. Dikasih yang enak, jadi nggak enakan. AVADA KEDAVRA! ~~o/


Semakin tua seseorang, maka angpao yang didapatkan dari tahun ke tahun akan semakin sedikit. Itu siklus ekonomi. Kayaknya. Gue juga ragu sih. Angpao yang gue dapet tahun ini lebih sedikit dari yang tahun lalu. Begitu juga nanti tahun-tahun ke depan. Pasti semakin sedikit. Tapi, memang harus kayak gini. Namanya juga perubahan. Perubahan ini nggak bisa dihindari. Jadi, tinggal lalui aja. 


Dari yang dikasih angpao, nanti gue bakal jadi yang ngasih angpao. Dari yang ikut-ikutan sembahyang, nanti gue yang harus memimpin sembahyang. Dari yang takut rumahnya kemalingan gara-gara buka pintu dan jendela saat tengah malam, nanti gue yang jadi malingnya. Dari yang bantuin nyokap masang lampion, nanti gue yang jadi lampionnya. 

Lah.
 
Tradisi-tradisi yang keluarga gue lakukan pada setiap tahun baru Imlek merupakan simbol pengharapan agar kami selalu diikuti oleh kebahagiaan. Diberi kemakmuran, rezeki berlimpah, dan juga kesehatan. Tradisi yang secara nggak langsung mengajarkan gue tentang indahnya perbedaan. Perbedaan etnis yang bukan menjadi masalah, mengingat kami sekeluarga merayakan Imlek di Indonesia. Negara kita tercinta dengan banyak suku dan budayanya. Perbedaan makanan yang dihidangkan dan isi angpao yang juga bukan menjadi masalah, mengingat nenek gue yang lebih suka jeruk Mandarin daripada jeruk Bali. Karena nenek gue bisa bahasa Mandarin tentunya.


Dan dengan simbol-simbol dalam tradisi Imlek ini, semoga bisa menjadi motivasi bagi gue untuk selalu berusaha. Sehingga apa yang disimbolkan ini, dapat menjadi kenyataan. 
 
Selamat tahun baru Imlek ke-2565!

Mau dapet email setiap ada postingan baru?


This Post Has 49 Comments

  1. Unknown

    Angpao pas momen imlek nggak beda jauh sama lebaran, ya. Bener tuh, makin tua pendapatan isi angpau makin menipis. Tapi emang udah siklusnya gitu.

    Btw, selamat tahun baru imlek, vin. 🙂

  2. Adeqyuw

    Selamat Tahun Baru Imlek Vin !
    Bagi angpao dong…
    sebelum lu jadi angpaonya brohh.. :3

  3. Ione Nasition

    Jadi tengah malam jagain pintu dan jendela dong, Vin?
    Wah, aku dukung suatu saat kamu jadi malingnya, Vin, haha….

    1. Kevin Anggara

      Iya, sambil ngobrol2 dulu. Kan habis sembahyang. Pas mau tidur, ya ditutup. Kalo nggak, kemalingan beneran X))

  4. Unknown

    Dulu waktu ane masih mini, dapat angpau yang isinya lebih mahal dari amplopnya. Sekarang malah kebalik.

  5. Sarah Puspita

    "Beberapa hari sebelum tahun baru Imlek, kami sekeluarga membersihkan rumah sampai benar-benar bersih. Sampai isinya nggak ada. Besoknya, kami nggak jadi Imlek-an."

    BAH :)))))))

    1. Kevin Anggara

      Kena nggak punchline-nya? X))

      Gue yang nulis sempet ketawa sendiri ngebacanya bahaha

  6. Dhika

    Kalo gue tau rumah lu dibuka lebar-lebar pas tengah malem gitu, pasti gue udah mampir, tanpa permisi.

    btw, tulisan lo makin keren vin! Punchline-nya dapet banget. gue ketawa-tawa sendiri bacanya. lanjutin vin! (Semoga abis ngomong gini, gue akan dapet angpao dari Kevin. Angpao kosong juga rapopo dah.)

  7. Admin

    Klo tahun baru yg masih jomblo. Hatinya juga musti dibuka… gk bakal kemalingan kok…

  8. Unknown

    Lu bs mndrin gak ko? o/

    Ni hao ma? Wkwk

Leave a Reply to Kevin Anggara Cancel reply